Tafsir Surah al-Kautsar
Tafsir surah al kautsar
إِنَّآ
أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢ إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus
Tafsir Syaikh al-Sa’di :
Allah berfirman kepada Nabi-Nya
yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pengokohan atasnya:
إِنَّآ
أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-kautsar”
Yaitu kebaikan yang banyak dan
keutamaan yang melimpah, diantaranya adalah Allah memberikan kepada Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam sungai pada hari kiamat yang disebut dengan al-kautsar.
Dari telaga yang panjangnya (sejauh
perjalanan) satu bulan dan luasnya (sejauh perjalanan) satu bulan, airnya lebih
putih dari pada susu dan lebih manis dari pada madu, gelas-gelasnya banyak dan
bersinar bagaikan bintang-bintang di langit, dan barangsiapa yang minum darinya
maka tidak akan haus setelahnya.
Dari pengokohan yang telah Allah
sebutkan atasnya, Allah memerintahkannya untuk mensyukurinya, maka Allah
berfirman:
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”
Allah mengkhususkan penyebutan kedua ibadah ini karena keduanya
merupakan ibadah yang paling utama dan pendekatan yang paling mulia.
Karena shalat mencakup ketundukan
hati dan anggota badan kepada Allah, dan membaawanya dalam berbagai macam
bentuk peribadatan.
Penyembelihan merupakan bentuk
pendekatan diri yang paling utama bagi seorang hamba dari seluruh
penyembelihan, dan (bentuk) pengeluaran harta yang kecintaan dan kekikirannya
menancap dalam jiwa.
إِنَّ
شَانِئَكَ
Yaitu: orang yang membencimu, mencelamu dan memfitnahmu
هُوَ
ٱلۡأَبۡتَرُ
Yaitu: terputus dari setiap kebaikan, baik kebaikan perbuatan (‘amal)
maupun kebaikan penyebutan (dzikr).
Adapun Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam maka ia adalah sempurna haknya, yang memiliki
kesempurnaan posisi di haknya makhluk berupa ketinggian penyebutan, banyaknya
penolong serta pengikutnya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[‘Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di, Taisir al-Kariim al-Rahmaan
fii Tafsiir Kalaam al-Mannaan, Saudi: Daar Ashdak al-Mujtama’, hal.
1105-1106]
Tafsir Syaikh al-‘Utsaimin :
Ada yang berpendapat bahwa surah ini
makkiyah, dan ada pula yang berpendapat bahwa surah ini madaniyyah.
Disebut al-makkiy adalah yang
diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau
hijrah ke Madinah, baik turunnya di Mekah, Madinah, atau di perjalanan safar.
Dan setiap yang diturunkan setelah hijrah mak disebut dengan madaniy,
sedangkan yang diturunkan sebelumnya maka disebut dengan makkiy. Ini
adalah pendapat yang rajih dari beberapa pendapat para ulama.
Allah berbicara kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam :
إِنَّآ
أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak”
Al-Kautsar menurut bahasa Arab adalah kebaikan yang banyak. Beginilah keadaan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah Allah berikan kebaikan
yang banyak baik di dunia maupun di akhirat.
Di antara kebaikan tersebut adalah
sungai besar di surga di alirkan darinya dua saluran di atas telaganya yang
datang ke Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Warna airnya lebih putih
dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada madu, (baunya lebih wangi dari
pada misk (minyak wangi)). Ini merupakan telaga pada hari kiamat yang
terdapat di ‘urshah (halaman/daerah depan) kiamat yang didatangi oleh
orang-orang yang beriman dari umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Gelas-gelasnya banyaknya dan keindahannnya bagaikan bintang-bintang di langit.
Barangsiapa yang mendatangi (mengamalkan) syariatnya di dunia, maka ia akan
mendatangi telaganya di akhirat. Namun barangsiapa yang tidak mendatangi
(mengamalkan) syariatkan di dunia maka ia diharamkan untuk mendatanginya di
akhirat.
Di antara kebaikan yang banyak yang
Allah berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dunia adalah
sebagaimana dalam hadits shahih dalam kitab al-shahihain, dari hadits
Jabir bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُعْطِيتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ
لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ
إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
“Aku diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada satu pun
dari para nabi sebelumku: Aku ditolong dari musuhku dengan ketakutan mereka
sejauh satu bulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan
alat bersuci dan dimanapun seseorang dari ummatku yang memasuki waktu shalat
maka hendaklah ia shalat, dihalalkan harta rampasan perang bagiku, para nabi
terdahulu hanya diutus khusus kepada ummatnya sedangkan aku diutus kepada
seluruh manusia, dan diberikan kepadaku syafaat.”
Ini diantara kebaikan yang banyak, karena beliau diutus untuk
seluruh manusia melazimkan beliau menjadi nabi yang paling banyak mengikuti dan
pengikutnya, sebagaimana yang sudah ma’ruuf (diketahui khalayak) bahwa
orang yang menunjukkan kepada kebaikan sebagaimana orang yang melakukan
kebaikan tersebut, dan orang yang menunjukkan kepada ummat yang besar ini
adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau akan
mendapatkan pahala dari setiap orang ummatnya. Dan siapakah yang dapat
melindungi ummat ini kecuali Allah....
Diantara bentuk kebaikan yang banyak
di akhirat adalah tempat yang terpuji, syafa’at al-‘uzhma (syafaat yang
agung yang diberikan kepada pelaku dosa besar), manusia pada hari kiamat
membawa kesulitan dan beban yang tidak mampu mereka tanggung, maka mereka
meminta syafaat (pertolongan), lalu mereka datang kepada Adam, lalu Nuh,
kemudian Ibrahim, lalu Musa, lalu ‘Isa, sampai kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berdiri dan memberi syafaat. Allah
memberikan keputusan pada hamba-Nya dengan syafaatnya.
Inilah tempat yang terpuji dari
orang yang pertama hingga terakhir, dan termasuk dalam firman Allah:
عَسَىٰٓ
أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا مَّحۡمُودٗا ٧٩
Artinya: “mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji” (al-Isra’: 79)
Dengan demikian, al-kautsar
merupakan kebaikan yang banyak, dan diantaranya adalah sungai di surga, maka sungai
di surga adalah al-kautsar tanpa diragukan. Disebut kautsar namun
bukan itu saja yang Allah berikan kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Dan ketika Allah menyebutkan tentang
kebaikan yang banyak ini, Allah berfirman:
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”
Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang agung ini, maka hendaklah
engkau shalat dan menyembelih untuk Allah. Yang dimaksud dengan shalat pada
ayat ini adalah seluruh shalat, terutama shalat yang berhubungan dengan
penyembelihan (kurban) yaitu shalat ‘Idul Adhha. Namun ayat ini mencakup
(seluruh shalat) dan berlaku umum.
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ
Adalah shalat-shalat fardhu dan sunnah. Shalat ‘Ied dan jumu’ah.
وَٱنۡحَرۡ
Yaitu berkurbanlah (dekatkanlah diri) kepada-Nya dengan
menyembelih. Kata Nahr penggunaannya khusus untuk unta, adapun dzabh
untuk sapi dan kambing (nahr dan dzabh artinya menyembelih –
pent.). Namun pada ayat ini digunakan kata nahr karena unta lebih bermanfaat
daripada yang lainnya bagi orang-orang miskin. Oleh karena itu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pada Haji Wada’ (perpisahan) menghadiahkan 100 ba’iir
(unta), kemudian yang 63 beliau sembelih dengan tangan beliau sendiri dan
selebihnya disembelih oleh ‘Ali bin Abi Thalib. Lalu beliau sedekahkan seluruh
bagiannya kecuali satu bagian dari setiap unta, beliau ambil dan taruh di
tungku, lalu beliau masak dan beliau makan dagingnya dan beliau minum air
kaldunya. Dan beliau menyuruh untuk menyedekahkannya termasuk kulitnya.
Perintah pada ayat ini berlaku untuk
Nabi dan ummatnya. Oleh karena itu marilah kita mengikhlaskan shalat untuk
Allah dan juga sembelihan (kurban) kita sebagaimana diperintahkan kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”.
Ini merupakan kebalikan dari pemberian kebaikan yang banyak.
(شَانِئَكَ) adalah orang yang membencimu. (ٱلۡأَبۡتَرُ) merupakan ism tafdhil dari (بتر) bermakna (قطع) ‘putus/terputus’. Yaitu terputus dari seluruh kebaikan.
Hal tersebut karena orang kafir quraisy mengatakan: Muhammad abtar
(terputus), tidak ada kebaikan dan keberkahan padanya serta pengikutnya. (dianggap)
terputus tatkala wafatnya anak beliau yaitu al-Qaasim radhiyallahu ‘anhu.
Mereka berkata: Muhammad terputus, tidak punya anak (laki-laki), meskipun ia
punya anak namun terputus keturunannya. Maka Allah menjelaskan bahwa yang
terputus adalah orang yang membenci beliau, yaitu terputus dari seluruh
kebaikan. Tidak ada keberkahan padanya, kehidupannya adalah penyesalah. Barangsiapa
yang membenci syariat Rasulullah, atau membenci salah satu syariat Islam, atau
membenci salah satu ketaatan untuk peribadatan manusia dalam syariat Islam,
maka ia kafir, keluar dari agama, karena Allah berfirman dalam surah Muhammad
ayat 9 :
ذَٰلِكَ
بِأَنَّهُمۡ كَرِهُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأَحۡبَطَ أَعۡمَٰلَهُمۡ ٩
“Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada
apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala)
amal-amal mereka.”
Dan tidaklah (pahala) amal terhapus kecuali dengan kekafiran. Maka barangsiapa
yang membenci kewaajiban shalat, maka ia kafir meskipun dia shalat, dan
barangsiapa yang membenci kewajiban zakat maka ia kafir meskipun ia shalat. Tapi
barangsiapa yang merasa berat namun ia tidak membencinya maka itu adalah dari
kemunafikan namun ia tidak dihukumi kafir. Perbedaannya jelas antara merasa
berat dengan membenci sesuatu.
surat ini mencakup tentang penjelasan
nikmat Allah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
dengan diberikannya kebaikan yang banyak. Kemudian perintah untuk mengikhlaskan
shalat dan sembelihan untuk Allah, begitu pula seluruh ibadah. Kemudian penjelasan
bahwa siapa saja yang membenci rasulullah, atau membenci sesuatu dari
syariatnya maka ia terputus yang tidak ada kebaikan serta keberkahan di
dalamnya. Kita meminta ampunan dan keselamatan kepada Allah.
Maraji’:
Taisir Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan – Syaikh al-Sa’di
Tafsir Juz ‘Amma – Syaikh al-‘Utsaimin
Tidak ada komentar