Header Ads

Sekilas Tentang Kitab Bulughul Maram

Kitab Bulughul Maram min Adillatil Ahkam merupakan kitab yang penuh dengan keberkahan dan faidah serta ukurannya yang kecil (tipis) menjadikannya diterima, dikaji dan diajarkan oleh para ulama dari dahulu hingga sekarang.


1. Penulisan
Kitab ini ditulis oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani (773 – 852 H.) pada sekitar tahun 800-an hijriah. Kitab ini berisi sekitar 1.500 hadits lebih, jumlahnya bisa bervariasi tergantung metode penomoran, muhaqqiq dan cetakan;
a) Yang di-tahqiiq oleh Samiir bin Amiin al-Zuhairi : 1.582 hadits
b) Yang disusun Ahmad bin Abdul ‘Aziz al-Atsari : 1.558 hadits
c) Kitab Taudhihul Ahkam Syarh Bulughul Maram karya Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam: 1.371 hadits
d) Kitab Subulus Salam tahqiq al-Albani : 1.478 hadits

2. Keistimewaan
Berikut ini kami sebutkan beberapa keistimewaan Kitab ini dibandingkan dengan kitab yang lainnya:
a) Dijelaskan derajat haditsnya, dari shahih, hasan dan dha’if sehingga seorang pelajar tidak perlu merujuk kepada kitab yang lain.
b) Hadits yang menjadi syahid (penguat) dari pembahasan di bab itu diringkas sehingga tidak menyimpang dari makna tujuan.
c) Jika sebuah hadits memiliki beberapa tambahan riwayat yang berfaidah dalam pembahasan di bab, maka penulis mencantumkannya dengan berbeda dan jelas, maka riwayat-riwayat haditsnya pada permasalahan tertentu menjadi saling menyempurnakan antara bagian satu dan yang lainnya.
d) Penulis memilih hadits-haditsnya dari kitab-kitab cetakan yang terkenal dan merupakan induk kitab dan mu’tabar serta yang paling masyhur yaitu Musnad Ahmad, dua kitab shahih dan empat kitab sunan.
e) Penulis biasanya menjadikan hadits-hadits yang di di al-shahihain atau di salah satunya sebagai sandaran dalam bab, kemudian diikuti dengan hadits-hadits dari kitab sunan atau selainnya. Sehingga hadits-hadits shahih menjadi patokan pada bab serta menjadi rujukan dalam berbagai permasalahan, adapun hadits yang lain sebagai pelengkap dan penyempurna. 
f) Penulis mencari ‘illah (penyakit/cacat yang dapat membuat hadits menjadi lemah) yang terdapat pada hadits serta menyebutkannya.
g) Jika haditsnya memiliki tabi’ (jalur penguat dari riwayat lain, namun dari shahabat yang sama) atau syahid (jalur penguat dari riwayat lain, dari shahabat yang berbeda), maka beliau mengisyaratkannya dengan sederhana, sehingga muncul faidahnya dan kitab ini menjadi ringkas.
h) Penulis menyusun kitab ini baik kitab, bab maupun haditsnya susuai dengan kitab fiqh agar pembaca mudah untuk merujuknya serta memudahkan pendalilan.
i) Pada akhir bab atau pembahasan, penulis mencantumkan hadits-hadits tentang adab, agar pembaca dapat mengambi faidah dari masalah hukum dan adab.

3. Rumus Mukharrij.
Dalam menulis kitab ini, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani menggunakan istilah/rumus tertentu ketika meyebutkan mukharrij, misal: akhrajahu al-sab’ah atau muttafaq ‘alaih. Berikut penjelasannya:
a) Al-sab’ah adalah Ahmad (kitab Musnad), al-Bukhari (kitab al-Shahih), Muslim (kitab al-Shahih), Abu Dawud (kitab al-Sunan), Ibnu Majah (kitab al-Sunan), al-Turmudzi (kitab al-Sunan) dan al-Nasa’i (kitab al-Sunan).
b) Al-Sittah adalah selain Ahmad (yaitu 2 kitab al-Shahih dan 4 kitab al-Sunan).
c) Al-Khamsah adalah selain 2 kitab al-Shahih atau Ahmad dan 4 kitab al-Sunan.
d) Al-Arba’ah adalah 4 kitab al-Sunan.
e) Al-Tsalatsah adalah Abu Dawud (kitab al-Sunan), Ibnu Majah (kitab al-Sunan) dan al-Turmudzi (kitab al-Sunan).
f) Muttafaq ‘alaih adalah al-Bukhari (kitab al-Shahih) dan Muslim (kitab al-Shahih).

4. Kesalahan
Maha Suci Allah yang tidak menjadikan satu pun kitab di atas bumi ini yang sempurna kecuali Kitab Allah. Sebagai kitab yang disusun oleh manusia, tentu kitab ini juga tidak lepas dari kesalahan. Namun kesalahan yang jumlahnya sangat sedikit ini tidak mengurangi keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam kitab ini. Berikut beberapa contoh kesalahannya:
a) Hadits yang terletak di akhir bab izaalatu al-Najaasah wa bayaanihaa, di Kitab al-Thaharah. Hadits ini tidak terdapat di Sunan al-Turmudzi, namun terletak di Sunan Abi Dawud, lafal haditsnya:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَتْ خَوْلَةُ: - يَا رَسُولَ اَللَّهِ, فَإِنْ لَمْ يَذْهَبْ اَلدَّمُ? قَالَ: "يَكْفِيكِ اَلْمَاءُ, وَلَا يَضُرُّكِ أَثَرُهُ" - أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَسَنَدُهُ ضَعِيف
b) Hadits ketiga pada bab al-Ghusl wa Hukm al-Junub, pada Kitab al-Taharah. Hadits ini tidak terdapat pada Shahih al-Bukhari, namun hanya terdapat pada Shahih Muslim.
وَعَنْ أَنَسِ]بْنِ مَالِكٍ] - رضي الله عنه - قَالَ: - قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - -فِي اَلْمَرْأَةِ تَرَى فِي مَنَامِهَا مَا يَرَى اَلرَّجُلُ- قَالَ: "تَغْتَسِلُ" - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
c) Hadits yang terletak pada bab Syuruth al-Shalah, pada Kitab al-Shalah. Hadits ini tidak diriwayatkan oleh Ibnu Majah, namun hanya diriwayatkan oleh Ahmad, al-Turmudzi, al-Nasa’i dan Abu Dawud (hanya empat imam, bukan lima).

عَنْ عَلِيِّ بْنِ طَلْقٍ - رضي الله عنه - قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - - إِذَا فَسَا أَحَدُكُمْ فِي اَلصَّلَاةِ فَلْيَنْصَرِفْ , وَلْيَتَوَضَّأْ , وَلْيُعِدْ اَلصَّلَاةَ - رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ , وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ .

5. Syarah Bulughul Maram.
Sebagai kitab yang telah berusia lebih dari 500 tahun, masyhur, banyak dipelajari dan diajarkan, tentu kitab Bulughul Maram ini telah banyak disyarah oleh para ulama dari masa ke masa. Namun pada tulisan kali ini, penulis hanya akan mencantumkan sebagian kecilnya saja. Diantaranya:
a) Al-Badr al-Tamaam karya Syaikh al-Husain bin Muhammad al-Maghribi al-Shan’ani.
b) Subul al-Salam karya Syaikh Muhammad bin Isma’il al-Shan’ani.
c) Fath al-‘Allaam karya Muhammad Shiddiiq bin Hasan Khan.
d) Tashiil al-Ilmaam karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah al-Fauzan.
e) Taudhiih al-Ahkaam karya Abdullah bin Abdurrahman al-Bassaam.


~Abu Ahmad~
Koto Tangah, Kota Padang
19:49 | 29 Juli 2017


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.