Header Ads

Jangan Waqaf Sembarangan (Pentingnya Paham Bahasa Arab)

Terkadang membaca al-Qur’an ibarat kita mengendarai kendaraan di jalan. Di jalan sesekali kita temukan rambu-rambu yang menunjukkan bolehnya berhenti atau larangan berhenti tujuannya untuk membantu sang pengendara agar selamat di perjalanan. Namun ingat! Tidak setiap tampat larangan berhenti di pasang rambu-rambu, misalnya larangan berhenti di belokan, di jembatan atau di persimpangan jalan. Oleh karena itu, sang pengendara harus memiliki pengetahuan dasar tentang berkendara dan aturan berkendara, demi keselamatan dirinya dan orang lain.
Begitu juga dengan membaca al-Qur’an. Di banyak tempat para ahli al-Qur’an memberikan tanda-tanda yang berkaitan dengan waqaf (berhenti) dan washal (menyambung bacaan), namun terkadang juga tidak diberi tanda. Oleh karena itu, bagi kita, pembaca al-Qur’an harus mengetahui tempat-tempat larangan waqaf.
Sebelum membahas lebih jauh, penulis paparkan dulu pengertian waqaf. Waqaf adalah menghentikan suara (bacaan) pada suatu kata / ayat al-Qur’an dengan mengambil nafas untuk melanjutkan bacaan kembali [Hilyah al-Tilawah Fi al-Tajwid al-Qur’an hal. 289].
Ilmu waqaf adalah ilmu yang sangat penting untuk dikuasai dalam membaca al-Qur’an, karena sangat berhubungan dengan makna al-Qur’an. Karena berhubungan dengan makna maka hal yang wajib dikuasai adalah Bahasa Arab.
Memang untuk membantu pembaca, di beberapa tempat sudah diberi tanda tentang bolehnya berhenti, larangannya, dll. Tanda-tanda tersebut sebagaimana berikut :
Tanda ( ۘ ) : harus berhenti.
Tanda ( لا ) : larangan berhenti.
Tanda ( ج ) : boleh berhenti, boleh lanjut.
Tanda ( ۖ  ) : lebih utama untuk lanjut, tapi boleh berhenti.
Tanda ( ۗ  ) : lebih utama untuk berhenti.
Tanda ( ۛ  ۛ  ) : hanya boleh berhenti di salah satu tanda, atau tidak berhenti sama sekali.
Namun sayangnya itu belum cukup, karena di banyak ayat yang cukup panjang, bahkan sangat panjang, tidak ada tanda bolehnya berhenti. Ayat yang panjang tersebut, jika dibaca dengan satu nafas, nafasnya habis duluan sebelum ayatnya selesai, sedangkan tanaffus (mencuri nafas / bernafas di tengah bacaan tanpa waqaf ) tidak boleh, maka pilihan satu-satunya harus waqaf.
Para ahli qira’at telah memberikan kaidah jika kita ingin waqaf di tengah ayat, sebagai berikut:
  1. Waqaf pada setiap ujung ayat adalah sunnah secara umum.
  2. Tidak ada waqaf yang wajib di dalam al-Qur’an secara syariat, dan juga sebaliknya, tidak waqaf yang haram kecuali yang merusak makna.

Lalu setiap pembaca al-Qur’an diberikan ‘warning’ :
  • Tidak boleh waqaf pada fi’l (kata kerja) tanpa disertai fa’il (pelaku)-nya.
  • Tidak boleh waqaf pada fa’il (pelaku) tanpa disertai maf’ul (objek) nya.
  • Tidak boleh waqaf pada harfu jarr tanpa disertai majrur-nya.
  • Tidak boleh waqaf pada mudhaf tanpa disertai mudhaf ilaih.
  • Tidak boleh waqaf pada mubtada’ tanpa disertai khabarnya.
  • Tidak boleh waqaf pada maushuf (yang disifati) tanpa disertai sifatnya.
  • Tidak boleh waqaf pada ma’thuf ‘alaih tanpa disertai ma’thuf.
  • Tidak boleh waqaf pada shahibul hal tanpa disertai hal.
  • Tidak boleh waqaf pada ‘adad (bilangan) tanpa disertai ma’dud.
  • Tidak boleh waqaf pada mu’akkad tanpa disertai taukid.
  • Tidak boleh waqaf pada fi’l syarth tanpa disertai jawab syarathnya.

Lihat: [Hilyah al-Tilawah Fi al-Tajwid al-Qur’an hal. 289]
Nah.. jika kita tidak faham Bahasa Arab, bagaimana mungkin kita bisa terhindar dari kesalahan ketika waqaf.
Beberapa contoh ayat panjang, jika anda dapat membacanya dengan tartil dan tidak berhenti di tengah-tengah, berarti nafas anda cukup panjang, namun jika tidak, maka pilihannya hanya waqaf di tengah ayat, silahkan dicoba:
وَلَمَّا جَآءَهُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا مَعَهُمۡ نَبَذَ فَرِيقٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ كَأَنَّهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ  (البقرة : 101)
لِلۡفُقَرَآءِ ٱلَّذِينَ أُحۡصِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسۡتَطِيعُونَ ضَرۡبٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ يَحۡسَبُهُمُ ٱلۡجَاهِلُ أَغۡنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعۡرِفُهُم بِسِيمَٰهُمۡ لَا يَسۡـَٔلُونَ ٱلنَّاسَ إِلۡحَافٗاۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ  (البقرة : 273)
حُرِّمَتۡ عَلَيۡكُمۡ أُمَّهَٰتُكُمۡ وَبَنَاتُكُمۡ وَأَخَوَٰتُكُمۡ وَعَمَّٰتُكُمۡ وَخَٰلَٰتُكُمۡ وَبَنَاتُ ٱلۡأَخِ وَبَنَاتُ ٱلۡأُخۡتِ وَأُمَّهَٰتُكُمُ ٱلَّٰتِيٓ أَرۡضَعۡنَكُمۡ وَأَخَوَٰتُكُم مِّنَ ٱلرَّضَٰعَةِ وَأُمَّهَٰتُ نِسَآئِكُمۡ وَرَبَٰٓئِبُكُمُ ٱلَّٰتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ ٱلَّٰتِي دَخَلۡتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمۡ تَكُونُواْ دَخَلۡتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ وَحَلَٰٓئِلُ أَبۡنَآئِكُمُ ٱلَّذِينَ مِنۡ أَصۡلَٰبِكُمۡ وَأَن تَجۡمَعُواْ بَيۡنَ ٱلۡأُخۡتَيۡنِ إِلَّا مَا قَدۡ سَلَفَۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا  (النساء : 23)
Ada hal yang lebih penting dari itu semua, yakni seharusnya tujuan kita membaca (termasuk menghafal) al-Qur’an adalah untuk memahaminya dan kemudian dapat mengamalkannya. Sehingga kita tidak termasuk dari golongan yang disindir oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai berikut :
كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ  ٢٩
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shad : 29)
Yups, al-Qur’an diturunkan oleh Allah bukan untuk sekedar dibaca, namun untuk ditadabburi dan tadzakkur-i. Jangan sampai kita tergolong orang yang Allah kunci hatinya..
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ  ٢٤
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)
Nabi ketika mensifati kaum khawarij beliau memaparkan diantara cirinya adalah :
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Mereka membaca al-Qur’an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka (apalagi masuk ke dalam hati). Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target.” (riwayat al-Bukhari)
Jadi intinya, mari sembari kita belajar membaca al-Qur’an, kita juga belajar bahasa Arab, agar kita dapat memahami makna setiap ayat yang kita baca dan agar kita tidak terjatuh dalam kesalahan ketika waqaf.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk Ahlil Qur’an..

~ Abu Ahmad Ayatullah ~




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.