Header Ads

Al-Qur’an Dapat Memberikan Syafa’at


Telah datang hadits-hadits yang shahih yang menjelaskan tentang syafa’at al-Qur’an. Syafa’at ini hanya khusus bagi al-Qur’an, adapun kitab-kitab samawi yang lain [shuhuf ibrahim, zabur, taurat, dan injil-pentj.] tidak dapat memberikan syafa’at, karena hanya al-Qur’an yang terjaga dari tahriif (penyimpangan) dan tabdiil (perubahan). Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
 إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (al-Hijr: 9)
Maka dengan perlindungan dan penjagaan Allah terhadap al-Qur’an, Allah memberikan al-Qur’an kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan kitab-kitab yang lain. Dan juga karena di dalam al-Qur’an terdapat berita tentang umat-umat terdahulu dan kabar orang-orang setelahnya. Al-Qur’an juga merupakan naasikh (penghapus) kitab-kitab yang lain “al-Taurat, al-Injil dan al-Zabur”.
Di antara sebab-sebab penjagaan Allah terhadap Kitab yang agung ini adalah dengan menyediakan baginya ‘dada-dada’ untuk menghafalnya dan akal-akal untuk memahaminya.
Maka manusia –seorang muslim- merupakan salah satu sebab /sarana penjagaan al-Qur’an. Oleh karena itu manusia seharusnya termotivasi dan memiliki tekad yang kuat untuk menghafal al-Qur’an dan membacanya.
Telah datang hadits-hadits yang mengabarkan bahwasannya al-Qur’an dapat memberikan syafa’at (pertolongan) dan pembelaan terhadap shahib-nya (para pembacanya).
Atsar-atsar (hadits) yang berkaitan dengan hal ini, sebagiannya menyebutkan bahwa al-Qur’an secara keseluruhan dapat memberikan syafa’at, dan sebagian hadits yang lain menyebutkan bahwa beberapa surah tertentu yang berbeda-beda dapat memberikan syafa’at.
Secara umum dapat dibagi sebagai berikut:
Atsar yang menyebutkan syafa’at terdapat pada seluruh al-Qur’an
Imam Ahmad menukil sebuah hadits dengan sanad yang bersambung ke ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“puasa dan al-Qur’an dapat memberikan syafa’at bagi seorang hamba di Hari Kiamat. Puasa berkata: wahai Rabb, aku telah menghalanginya dari makanan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku untuk memberikan syafa’at kepadanya. Al-Qur’an berkata: aku telah menghalanginya”
Imam Ibnu Hibban juga menukil sebuah hadits yang sanad-nya bersambung kepada Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ ومَاحِلٌ مُصَدَّقٌ ، فَمَنْ جَعَلَهُ إمَامَهُ قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ قَادَهُ إِلَى النَّارِ.
“al-Qur’an adalah pemberi syafa’at yang diberi syafa’at, ia juga maahil (yang membela kita atau mendebat kebatilan) yang dibenarkan, barangsiapa yang menjadikannya di depannya (penuntunnya) maka ia akan menuntunnya ke surga dan barangsiapa yang meninggalkannya maka ia akan membawanya ke neraka.”
Imam Muslim juga menukil sebuah hadits yang sanad-nya bersambung kepada Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat memberi syafa’at bagi shahib­-nya (pembacanya)........”
Begitu pula hadits dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti hadits dari Abu Umamah.
Hadits-hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa al-Qur’an dapat memberikan syafa’at bagi shahib-nya pada hari kiamat dan tidak ada batasan tempat syafa’atnya. Apakah di shirath? Atau ketika hisab (hari perhitungan amal)? Atau ketika di Surga? Atau mengeluarkan shahib-nya dari neraka?
Yang tampak –wallahu a’lam- al-Qur’an memiliki banyak tempat dalam memberikan syafa’at: hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash yang telah lalu menjelaskan kepada kita bahwa al-Qur’an memberi syafaat dan membela shahib-nya di sisi Allah ketika hisaab (hari perhitungan amal).
Ada juga hadits yang mengabarkan kepada kita bahwa al-Qur’an memberi syafa’at kepada shahib-nya di surga: bahwa ia mengangkat kedudukan dan derajatnya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam al-Tirmidzi dengan sanad-nya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang marfu’ (sampai ke Nabi):
يَجِيءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً
“Al-Qur’an datang pada hari kiamat dan berkata: wahai Rabb, mohon berikan ia perhiasan. Lalu Allah memakaikan mahkota kemuliaan. Lalu ia berkata kembali: wahai Rabb, mohon tambahkan lagi. Lalu Allah pakaian perhiasan kemuliaan. Lalu ia berkata lagi: wahai Rabb, ridhai ia. Maka Allah ridha kepadanya. Lalu orang tersebut diperintahkan: bacalah dan naiklah dan ditambahkan setiap ayat dengan kebaikan”
Imam Ibnu Hibban juga menukil sebuah hadits yang sanad-nya bersambung kepada ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اقْرَأْهُ وَارْقَهْ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا ، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرَ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Diperintahkan kepada shahibul Qur’an: bacalah dan naiklah dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia. Karena sesungguhnya tempatmu di surga setingkat dengan ayat terakhir yang engkau baca.”
Dimanakah terjadinya kenaikan kedudukan dan derajat ini? Tentu saja di surga. Imam al-Mundziri menukil sebuah perkataan dari al-Khaththabi: “Telah datang di dalam atsar bahwa jumlah ayat setingkat dengan derajat di surga. Maka diperintahkan bagi orang yang membaca, naiklah ke derajat sesuai dengan ayat yang engkau baca. Barangsiapa yang mengumpulkan bacaan seluruh al-Qur’an maka ia akan duduk di derajat yang tertinggi di surga. Barangsiapa yang membaca satu juz/bagian darinya maka derajatnya disesuaikan, maka penghujung pahala sekadar/seukuran dengan akhir bacaan.”
Atsar yang menyebutkan syafa’at terdapat pada surah tertentu al-Qur’an
Imam Muslim menukil sebuah hadits yang sanad-nya bersambung kepada Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
“Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat memberi syafa’at bagi shahib­-nya (pembacanya). Bacalah al-zahrawain (dua cahaya): surah al-Baqarah dan Ali Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat seolah keduanya adalah dua awan atau dua cahaya matahari atau dua gerombolan burung yang mengepakkan sayap. Keduanya membela shahib-nya. Bacalah surah al-Baqarah karena mengambilnya adalah keberkahan dan meninggalkannya adalah kecacatan dan tidak mampu (membacanya) adalah kecacatan”.
Imam Abu Dawud meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ سُورَةً مِنْ الْقُرْآنِ ثَلَاثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِيَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْك
“Ada sebuah surah di al-Qur’an –berjumlah 30 ayat- yang dapat memberikan syafa’at kepada seorang lelaki sampai ia diampuni “Tabaaraka al-ladzi bi yadihi al-mulk”.”
Surah al-Mulk dapat memberi syafa’at dan pembelaan di hari kiamat, bukan hanya itu bahkan ia juga dapat memberikan syafa’at di kubur. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Nasa’i dari ‘Abdullah bin Mas’ud secara mauquf:
من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب
“Barangsiapa yang membaca ‘Tabaaraka al-ladzi bi yadihi al-mulk’ di setiap malam, maka Allah akan mencegahnya dari adzab kubur. Kami di masa Rasulullah menyebut surat itu dengan al-maani’ah (yang dapat mencegah/menghalangi). Dan ia merupakan surah di dalam al-Qur’an, barangsiapa yang membacanya setiap malam maka ia telah melakukan banyak kebaikan”

[diringkas dan diterjemahkan dari kitab Al-Syafaa’ah fi al-Hadits al-Nabawiy karya doktor Abdul Qadir Mushtafa ‘Abdurrazzaq al-Muhammadi. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. Hal. 138-140]

~ Abu Ahmad, Ayatullah ~
Koto Tangah – Kota Padang
14:23 | Sabtu, 02 Desember 2017

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.