Pendapat Syaikh Manna` al-Qaththan Terhadap Tilawah [Maqamat]
Pada kesempatan kali ini akan
dibahas tentang bacaan al-Qur’an yang menggunakan maqam-maqam tertentu, seperti
syikkah, jiharkah, dll. Yang biasa disebut dengan tilawah (penyebutan ini biasa
dalam perlombaan, misal Musabaqah Tilawatil Qur’an dll) atau ada juga
yang menyebutnya dengan maqaamaat muusiqiyyah.
Berikut ini tanggapan Syaikh Manna`
al-Qaththan dalam kitabnya Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Beliau
merupakan Dosen dan pembimbing Pasca Sarjana di Universitas Islam Imam Muhammad
bin Su’ud.:
“Para ulama menganggap qira’at
al-Qur’an tanpa tajwid sebagai suatu lahn, yaitu kerusakan atau
kesalahan yang menimpa lafazh, baik secara nyata (jalliy) maupun secara
samar (khafiy). Lahn Jalliy adalah kesalahan (bacaan) pada lafazh
secara nyata sehingga dapat diketahui oleh ulama qira’at maupun yang lainnya,
misal kesalahan i’rab atau tashrif. Lahn khafiy adalah
kesalahan (bacaan) pada lafazh yang hanya dapat diketahui oleh ulama qira’at
dan pengajar al-Qur’an yang cara bacaannya diterima langsung dari mulut pada
ulama qira’at dan kemudian dihafalnya dengan teliti berikut keterangan tentang
lafazh-lafazh yang salah itu.
Berlebihan dan memaksakan diri di
dalam tajwid hingga melampaui batas juga tak kalah bahayanya dibanding lahn.
Sebab, hal ini akan berakibat penambahan huruf-huruf bukan pada tempatnya,
misalnya seperti dilakukan orang-orang yang membaca al-Qur’an dewasa ini dengan
irama melankolis dan suara yang diulang-ulang seperti halnya nyanyian yang
diiringi alunan musik dan petikan alat-alat hiburan. Para ulama telah
mensinyalir perbuatan tersebut sebagai suatu bid’ah dan menyebutnya
dengan “tar’id, tarqish, tathrib, tahzin, atau tardid.” Hal ini
sebagaimana telah dinukil oleh al-Suyuthi dalam al-Itqan dan diungkapkan
kembali oleh al-Rafi’i dalam I’jaz al-Qur’an, katanya, “diantara
perbuatan bid’ah dalam qira’at adalah talhin atau melagukan bacaan yang hingga
sekarang ini masih ada dan disebarluaskan oleh orang-orang yang hatinya telah
terpikat dan terlanjur mengagumi. Mereka membaca al-Qur’an sedemikian rupa
layaknya sebuah irama atau nyanyian!” dan diantara macam-macam talhin
yang mereka kemukakan –sesuai dengan pembagian irama lagu adalah:
·
Tar’id, yaitu bila qari’ menggetarkan suaranya, laksana suara yang
menggeletar karena kedinginan atau kesakitan.
·
Tarqish, yaitu sengaja berhenti pada huruf mati namun kemudian
dihentakkannya secara tiba-tiba disertai gerakan tubuh, seakan-akan sedang
melompat atau berjalan cepat.
·
Tathrib, yaitu mendendangkan dan melagukan al-Qur’an sehingga membaca
panjang (mad) bukan pada tempatnya atau menambahnya bila kebetulan tepat
pada tempatnya.
·
Tahzin, yaitu membaca al-Qur’an dengan nada memelas seperti orang yang
bersedih sampai hampir menangis disertai kekhusyukan dan suara lembut.
·
Tardid, yaitu bila sekelompok orang menirukan seorang qari’ pada akhir
bacaannya dengan satu gaya dari cara-cara di atas.”
[Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, terj.
Aunur Rafiq El-Mazni. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar. 2008. Hal. 230-231]
Tidak ada komentar